YOU are what you eat, apa yang dimakan ternyata mencerminkan diri seseorang. Lebih jauh lagi, pola makan pun juga menentukan kesehatan seseorang.
Pola makan adalah perilaku manusia dalam pemenuhan kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan. Jika pola makan sehat, maka pencernaan pun pasti sehat, sehingga risiko Anda terkena kanker kolorektal semakin kecil.
Kanker usus besar (kolon) dan daerah antara usus besar dan anus (rektum) memiliki banyak persamaan, dan sering kali secara bersama-sama disebut kanker kolorektal. Usus besar dan rektum adalah bagian dari sistem pencernaan yang memproses makanan yang kita makan dan membuang sisa makanan dari tubuh. Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum.
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip. Polip dapat diangkat dengan mudah namun sering kali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar. Kanker kolorektal ini dapat menyebar keluar jaringan usus besar dan ke bagian tubuh lainnya. Dan di Indonesia sendiri, kini kanker kolorektal mengalami peningkatan yang cukup pesat.
“Dari sel normal sampai menjadi kanker membutuhkan waktu cukup lama, sekirA 5 sampai 20 tahun. Di negara maju, jumlah penderita kanker kolorektal di bawah usia 40 tahun sebesar 30 persen, sedangkan untuk di Indonesia, lebih dari 30 persen,” ujar DR dr Aru Wisaksono Sudono SpPD KHOM, ahli kanker terkemuka di Indonesia dalam acara media workshop Kanker Kolorektal yang diadakan oleh Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta, Rabu (17/3/2010).
Menurut data WHO, diperkirakan 700.000 orang meninggal karena kanker kolorektal setiap tahun. Ini berarti sekira 2.000 orang meninggal setiap hari. Kanker kolorektal merupakan satu-satunya kanker yang dapat menyerang pria maupun wanita dengan perkiraan frekuensi yang hampir sama (dari jumlah total penderita kanker pada pria, 9,5 persen terkena kanker kolorektal sedangkan pada wanita mencapai 9,3 persen dari jumlah total penderita kanker), dan perkiraan kasus baru di dunia sebanyak 401.000 pada pria per tahun dan 381.000 pada wanita. Jumlah kasus baru di dunia cenderung meningkat secara cepat sejak tahun 1975.
Di Eropa dan Amerika tahun 2004, kanker kolorektal menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita, dan juga merupakan penyebab kematian nomor dua. Pada tahun 2002, terdapat lebih dari satu juta kasus kanker kolorektal baru yang menempatkan kanker ini pada urutan ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia.
Kanker kolorektal secara predominan terjadi pada kelompok usia di atas 50 tahun, meski demikian juga dapat menyerang kelompok usia di bawah 40 tahun dengan insiden yang bervariasi. Di Amerika dan Eropa 2-8 persen kanker kolorektal terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Di Indonesia, sesuai data dari bagian Patologi Anatomi FKUI tahun 2003-2007, jumlah pasien kanker kolorektal di bawah usia 40 tahun mencapai 28,17 persen.
Penyebab pasti kanker kolorektal masih belum diketahui, tapi dr Aru menyebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan makan yang salah (asupan makanan yang tinggi lemak dan protein, rendah serat), kebiasaan mengonsumsi daging merah, dan kurang konsumsi buah-buahan sayuran, dan ikan.
“Penyebab utama terkena kanker kolorektal adalah makanan. Namun di Indonesia, penderitanya ditambah dengan infeksi,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Kehidupan di kota besar yang membuat banyak orang sulit menyesuaikan gaya hidup sehat, juga menjadi penyebab terjadinya kanker kolorektal. Kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan cepat saji yang tidak mengandung serat, memiliki bobot tubuh berlebih (obesitas), dan kebiasaan merokok menjadi pemicu, mengapa kanker jenis ini kini banyak menjangkit usia muda.
“Kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup. Kanker yang terjadi di usia muda amat ganas, dan susah untuk diobati,” ungkap dr Aru.
Kendati demikian, bukan berarti penderita kanker di usia muda tak dapat diobati. Lewat deteksi dini dan skrining, maka harapan untuk menekan laju peningkatan kanker kolorektal di Indonesia dapat diperkecil.
“Untuk menjadi kanker, sel membutuhkan waktu 5 sampai 20 tahun. Kanker dapat dicegah dan ditemukan secara dini. Dan dengan mengatur pola makan, bisa mengurangi risiko kanker kolorektal sebesar 25 sampai 30 persen,” jelas dokter yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia ini.
Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar, dan perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekwensi dan konsistensi buang air besar (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas -berlangsung lebih dari enam minggu- merupakan gejala Anda terjangkit kanker kolorektal. Gejala kanker kolorektal lainnya juga bisa Anda deteksi sendiri. Bila Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, sering merasa sakit di perut atau bagian belakang, dan perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar, bisa jadi Anda positif terjangkit kanker kolorektal.
“Tidak boleh ada darah pada tinja kita, bila ada darah berarti bel alarm berbunyi. Segera periksa ke dokter,” tukas dr Aru.